Daftar Blog Saya

Jumat, 09 Mei 2014

Teori Pemrosesan Informasi



TEORI PEMROSESAN INFORMASI




 








Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran



OLEH

SYAMSUL ARIF


Dosen Pengampu
Dr. H. Askar, M.Pd
Dr. Adam, M.Pd, M.si






PASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU

2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi[1]. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, namun yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, system informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa[2]. Asumsi ini didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses, dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.
Teori Sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari psikologi kognitif. Anderson mengungkapkan perbedaan antara keduanya, yaitu psikologi kognitif  adalah upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi  menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu.[3] Dan karena teori ini berdasarkan perkembangan zaman yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teori sibernetik ini tidak bercirikan karya hanya dari satu orang tokoh saja.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa teori pemrosesan informasi adalah bagian dari teori pengolah informasi, yang dalam pengkajiannya akan banyak ditemukan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memiliki teori yang berkaitan erat dengan proses memperoleh informasi.
B.       Rumusan Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana teori pembelajaran pemrosesan informasi ?
2.      Bagaimana cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam belajar mengajar?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui teori pembelajaran pemrosesan infromasi.
2.      Mengetahui cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Teori Pembelajaran Pemrosesan Infromasi
1.      Sejarah munculnya teori pemrosesan informasi
Salah satu tokoh pencetus dari teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1916 di di North Andover.[4] Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.
2.      Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne
Robert. M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Warsita, dalam bukunya : The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa ; Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja[5] Dan Gagne menyatakan bahwa  belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa  eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi)[6].
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
a)      Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
b)      Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c)      Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.[7]

Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Karena itulah Gagne membuat beberapa rumusan untuk menghubungkan keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dalam pembelajaran dalam rangka memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
1)      membuat rumusan yang berisi urutan untuk menimbulkan  peristiwa pembelajaran yaitu:
a)      Pembelajaran yang dilakukan dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta didik, dan dikondisikan agar perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran sehingga mereka siap untuk menerima pelajaran.
b)      Memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik mengetahui apa yang diharapkan setelah menerima pelajaran.
c)      Guru harus mengingatkan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
d)     Guru siap untuk menyampaikan materi pelajaran.
e)      Dalam pembelajaran guru memberikan bimbingan atau pedoman kepada siswa untuk belajar.
f)       Guru memberikan motivasi untuk memunculkan respon siswa.
g)      Guru memberikan umpan balik atau penguatan atas respon yang diberikan siswa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
h)      Mengevaluasi hasil belajar, dan
i)        Memperkuat retensi dan transfer belajar.
2)      Membuat tujuh macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar[8].
3)      Merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu  : Kemampuan belajar manusia yang terbagi kepada lima kategori :
a)      Motor/skill : ketramppilan motorik.
b)      Informasi verbal : dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
c)      Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar yang berkaitan dengan symbol-simbol.
d)     Strategi kognitif  : organisasi keterampilan yang internal.
e)      Sikap[9].
4)      Membuat rumusan tahapan dalam tujuan dan tingkatan belajar :
Tahapan tujuan belajar diawali dari yang mudah (rendah), sedang,  ke sulit (tinggi)[10] dan tahapan ini berbanding lurus dengan tahapan proses belajar, yaitu dari yang paling sederhana  ke yang kompleks[11]. Adapun  tingkatan belajar ada empat  : belajar fakta, belajar konsep, belajar prinsip, dan pemecahan masalah[12].
Toeti Soekamto menambahkan bahwa untuk dapat memecahkan masalah seorang harus terlebih dahulu belajar prinsip, dan sebelum belajar prinsip, maka ia harus belajar konsep terlebih dahulu yang sifatnya lebih mudah[13].
B.  Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan  informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.[14]
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif  yang dikemukakan oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang se akan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan  hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
1.      Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi[15] dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu.
2.      Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja  untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak[16] :
a)      Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori[17]. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis. Memori adalah rentensi informasi[18]. Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu.
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :
1   Atensi yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.[19]
2)      Pengulangan yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada dalam memori.[20]
3)      Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level. Pemrosesan terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.[21]
4)      Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Jadi, saat pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka mereka akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus tentang demokrasi.[22]
5)      Mengkonstruksi citra. Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental.[23]
6)      Penataan atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian pada memori, maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata lain, semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya dalam memori.
Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1)      Memori sensoris
Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya.[24]
2)      Memori jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut.[25]
3)      Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak terbatas.[26]
Kemudian pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha.
b)      Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha[27]. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman  individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c)      Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. [28]
d)     Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.[29]
Ada beberapa tipe transfer, yaitu :
1)        Transfer dekat atau jauh
Transfer dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu transfer pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran sebelumnya terjadi. Transfer jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya.[30]
2)        Transfer jalur rendah dan jalur tinggi
Transfer jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara otomatis, yaitu pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar tertransfer pada situasi yang lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah transfer yang dilakukan dengan banyak usaha dan dengan kesadaran[31]
3.      Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang  di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.[32]



C.  Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran

Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta sampai pemecahan masalah, serta  tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis, seperti berikut ini :
1.    Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta).
2.    Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3.    Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan saling berpengaruh (prinsip)
4.    Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang  harmonis (pemecahan masalah)[33]

Dan untuk membuat isi pokok bahasan, dapat kita lihat contoh yang dituliskan oleh Harjanto, dalam beberapa materi ajar.




Tabel. Isi pokok bahasan[34]
Fakta
Konsep
Prinsip
Pemecahan Masalah
Mengajarkan macam-macam binatang
Identifikasi binatang-binatang sejenis
Binatang-binatang sejenis mempunyai ciri-ciri sama
Mengapa binatang sejenis tidak selalu identik
Mengenal Peta Bumi
Identifikasi beberapa pegunungan
Gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dan berbahaya
Bagaimana mengatasi bahaya gunung berapi
Memahami definisi molekul dan gerakan
Hubungan antara molekul dan gerakan
Bahwa udara yang panas (uap air) mengembang
Pemanfaatan tenaga uap untuk mesin/industry.

Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam, materi ajar perilaku terpuji (qana’ah dan tasamuh), sebagai berikut :
1.      Siswa dapat menyebutkan pengertian qana’ah dan tasamuh (fakta).
2.      Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qana’ah dan tasamuh
3.      (konsep).
4.      Siswa dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh yang diambil dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
5.      Siswa dapat mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupannya dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah).



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran yang relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Jika pada kognitif mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, maka dalam sibernetik yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik. Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak di mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan ini, anak akan bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks
Pembelajaran pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran walaupun dalam teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar bahwa cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
B.     Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.












DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono,  Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

Budiningsih, C. Asri,  Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008. Terdapat pada

Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada  http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/

Gredler, Margaret E.Bell,  Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas Terbuka, 1988.

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.

Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.

Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta: Intermedia, 1993.






[1] Asri. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet.1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 81.

[2] Ibid.
[3]Margaret E.Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1988), h. 200.
[4]Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada  http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
[5] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf

[6] Ibid

[7] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 69. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[8] Arief S. Sadiman, et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4 ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h.23.
[9] Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3 (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), h. 149.

[10] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 159

[11] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h.32.

[12] Harjanto, Perencanaan Pengajaran,  h. 159.

[13] Toeti Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional (Jakarta: Intermedia, 1993), h. 83.
[14] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 310.

[15] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 310.
[16] Ibid

[17] Ibid

[18] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.

[19] Ibid,  h.313

[20] Ibid,  h.315
[21] Ibid,  h.316

[22] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 316.

[23] Ibid, h.318.
[24] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.

[25]Ibid

[26] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.

[27] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 329
[28] Ibid

[29] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 379.
[30] Ibid

[31] Ibid

[32]Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
[33]Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 157.

[34] Ibid, h. 161.

Tidak ada komentar: