TEORI PEMROSESAN INFORMASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori Belajar dan
Model-model Pembelajaran
OLEH
SYAMSUL
ARIF
Dosen Pengampu
Dr. H. Askar, M.Pd
Dr. Adam, M.Pd, M.si
PASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PALU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori pembelajaran pemrosesan
informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana
pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi[1].
Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses
belajar penting dari hasil belajar,
namun yang lebih penting dari kajian
proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, system informasi inilah
yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa
tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang
cocok untuk semua siswa[2].
Asumsi ini didasarkan pada suatu
pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan
penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses,
dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan
proses belajar yang berbeda.
Teori Sibernetik atau teori pengolah
informasi memiliki kajian yang lebih luas dari psikologi kognitif. Anderson
mengungkapkan perbedaan antara keduanya, yaitu psikologi kognitif adalah upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan informasi menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan
pemberian urutan operasi pikiran dan hasil operasi itu.[3]
Dan karena teori ini berdasarkan perkembangan zaman yang erat kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka teori sibernetik ini tidak
bercirikan karya hanya dari satu orang tokoh saja.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa
teori pemrosesan informasi adalah bagian dari teori pengolah informasi, yang
dalam pengkajiannya akan banyak ditemukan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan
memiliki teori yang berkaitan erat dengan proses memperoleh informasi.
B.
Rumusan
Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan
penulis untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimana
teori pembelajaran pemrosesan informasi ?
2.
Bagaimana
cara mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam belajar
mengajar?
C.
Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui teori pembelajaran
pemrosesan infromasi.
2. Mengetahui cara mengaplikasikan
teori pembelajaran pemrosesan infromasi dalam belajar mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori Pembelajaran Pemrosesan
Infromasi
1. Sejarah munculnya teori pemrosesan
informasi
Salah satu tokoh pencetus dari teori
pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert
Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1916 di di North
Andover.[4]
Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika,
yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan
meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan
penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses
pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena
itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan
pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam
perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean,
dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori
ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.
2. Teori
Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne
Robert. M. Gagne sebagaimana yang
dikutip oleh Bambang Warsita, dalam bukunya : The Conditioning of Learning
mengemukakan bahwa ; Learning is a change in human disposition or capacity,
wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process
of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja[5]
Dan Gagne menyatakan bahwa belajar
merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu
sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang
bersangkutan (kondisi)[6].
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang
Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang
dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu
sebagai berikut :
a)
Rangsangan yang diterima panca
indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
b)
Informasi dipilih secara selektif,
ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang
disimpan dalam memori jangka panjang.
c)
Memori-memori ini tercampur dengan
memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan
pengolahan.[7]
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh
Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
Karena itulah Gagne membuat beberapa
rumusan untuk menghubungkan keterkaitan antara faktor internal dan eksternal
dalam pembelajaran dalam rangka memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
1)
membuat rumusan yang berisi urutan untuk
menimbulkan peristiwa pembelajaran yaitu:
a)
Pembelajaran yang dilakukan
dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta didik, dan dikondisikan agar
perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran sehingga mereka siap untuk
menerima pelajaran.
b)
Memulai pelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik mengetahui apa yang
diharapkan setelah menerima pelajaran.
c)
Guru harus mengingatkan kembali
konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
d)
Guru siap untuk menyampaikan materi
pelajaran.
e)
Dalam pembelajaran guru memberikan
bimbingan atau pedoman kepada siswa untuk belajar.
f)
Guru memberikan motivasi untuk
memunculkan respon siswa.
g)
Guru memberikan umpan balik atau
penguatan atas respon yang diberikan siswa baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
h)
Mengevaluasi hasil belajar, dan
i)
Memperkuat
retensi dan transfer belajar.
2) Membuat tujuh macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk didemostrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar[8].
3)
Merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu : Kemampuan belajar manusia yang terbagi kepada lima kategori
:
a)
Motor/skill : ketramppilan motorik.
b)
Informasi verbal : dapat menjelaskan
sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
c)
Kemampuan intelektual, yaitu
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar yang berkaitan dengan
symbol-simbol.
d)
Strategi kognitif : organisasi keterampilan yang internal.
e) Sikap[9].
4)
Membuat rumusan tahapan dalam tujuan dan tingkatan
belajar :
Tahapan tujuan belajar diawali dari
yang mudah (rendah), sedang, ke sulit
(tinggi)[10] dan
tahapan ini berbanding lurus dengan tahapan proses belajar, yaitu dari yang
paling sederhana ke yang kompleks[11].
Adapun tingkatan belajar ada empat : belajar fakta, belajar konsep, belajar
prinsip, dan pemecahan masalah[12].
Toeti Soekamto menambahkan bahwa
untuk dapat memecahkan masalah seorang harus terlebih dahulu belajar prinsip,
dan sebelum belajar prinsip, maka ia harus belajar konsep terlebih dahulu yang
sifatnya lebih mudah[13].
B. Pendekatan
Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana
anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan
informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses
berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas
untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa
mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.[14]
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi
aktif yang dikemukakan oleh psikologi
kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan
melihat sistem kerja komputer yang se akan-akan menjelaskan bagaimana kognisi
manusia bekerja dengan menganalogikan hardware
sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama
pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
1.
Proses Berpikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir
adalah pemrosesan informasi[15]
dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian,
merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut
dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan
informasi terbatas pada satu waktu.
2.
Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan
infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam
perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja
untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak[16]
:
a)
Encoding (penyandian)
Encoding
adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori[17].
Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif,
maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan
informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun,
anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat
menyandi secara otomatis. Memori adalah rentensi informasi[18].
Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan
pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu.
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :
1 Atensi
yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.[19]
2)
Pengulangan
yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada
dalam memori.[20]
3)
Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert
Lockhart mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level. Pemrosesan
terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang
mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.[21]
4)
Elaborasi
adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Jadi, saat pendidik
menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka mereka akan mengingatnya
dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus tentang demokrasi.[22]
5)
Mengkonstruksi
citra. Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara
yaitu sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental.[23]
6)
Penataan
atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian pada memori,
maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata lain,
semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi
pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya
dalam memori.
Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat
kaitannya dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
1)
Memori
sensoris
Memori sensori berfungsi
mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama
beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual,
suara, dan sensasi lainnya.[24]
2)
Memori
jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system
memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik,
kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut.[25]
3)
Memori
jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan
banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen.
Kapasitas yang dimiliki memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann
tidak terbatas.[26]
Kemudian pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah
pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari
gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang
relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga
harus memerlukan usaha.
b)
Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk
memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha[27].
Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses informasi,
yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang
baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan
menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c)
Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu
menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi
tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. [28]
d)
Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari
langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses
generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi
pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu
proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya
untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.[29]
Ada beberapa tipe transfer, yaitu :
1)
Transfer dekat atau jauh
Transfer
dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu transfer
pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran
sebelumnya terjadi. Transfer jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang
sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya.[30]
2)
Transfer jalur rendah dan jalur
tinggi
Transfer jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara
otomatis, yaitu pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar
tertransfer pada situasi yang lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah
transfer yang dilakukan dengan banyak usaha dan dengan kesadaran[31]
3.
Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan
informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau
kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu
pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan
usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang,
sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan
mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan
suatu tujuan.[32]
C. Aplikasi
Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam
pembelajaran, kita dapat mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang
tahapan belajar dari fakta sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke
tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang
pelajaran melukis, seperti berikut ini :
1. Siswa dapat menyebutkan beberapa
alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta).
2. Siswa dapat mengidentifikasi warna
panas dan warna dingin (konsep).
3. Siswa dapat menyatakan bahwa
penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan saling berpengaruh
(prinsip)
4. Siswa dapat melukis dengan komposisi
warna yang harmonis (pemecahan masalah)[33]
Dan untuk membuat isi pokok bahasan,
dapat kita lihat contoh yang dituliskan oleh Harjanto, dalam beberapa materi
ajar.
Tabel.
Isi pokok bahasan[34]
Fakta
|
Konsep
|
Prinsip
|
Pemecahan
Masalah
|
Mengajarkan
macam-macam binatang
|
Identifikasi binatang-binatang
sejenis
|
Binatang-binatang sejenis
mempunyai ciri-ciri sama
|
Mengapa binatang sejenis tidak
selalu identik
|
Mengenal Peta Bumi
|
Identifikasi beberapa pegunungan
|
Gunung berapi adalah gunung yang
masih aktif dan berbahaya
|
Bagaimana mengatasi bahaya gunung
berapi
|
Memahami definisi molekul dan
gerakan
|
Hubungan antara molekul dan
gerakan
|
Bahwa udara yang panas (uap air)
mengembang
|
Pemanfaatan tenaga uap untuk
mesin/industry.
|
Dan kaitannya dengan contoh aplikasi
dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam, materi ajar perilaku terpuji
(qana’ah dan tasamuh), sebagai berikut :
1.
Siswa
dapat menyebutkan pengertian qana’ah dan tasamuh (fakta).
2.
Siswa
dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qana’ah dan tasamuh
3.
(konsep).
4.
Siswa
dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh yang diambil
dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
5.
Siswa
dapat mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupannya dengan
penuh kesadaran (pemecahan masalah).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada
teori pembelajaran yang relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut
teori ini, belajar
adalah pengolahan informasi.
Jika pada kognitif mengkaji proses belajar
penting dari hasil belajar, maka dalam sibernetik yang lebih
penting dari kajian proses belajar itu
sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya
akan menentukan proses belajar.
Teori
pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik. Teori
pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang
dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak
di mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi
berkenaan dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan
ini, anak akan bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan
karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian
yang kompleks
Pembelajaran
pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran walaupun dalam
teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar bahwa cara
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
B. Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi
diharapkan kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
hendaknya menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi
tantangan, memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan
memberikan ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para
peserta didik, jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber
belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang
bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan
teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono, Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Budiningsih, C.
Asri, Belajar dan Pembelajaran,
cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Bambang
Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya
Pusat Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008.
Terdapat pada
Bookrags, Biography
Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
Gredler,
Margaret E.Bell, Buku Petunjuk
Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah
Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.
Sadiman, Arief S.
et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya,
cet. 4, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.
Santrock, Jhon.
W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto,
Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta:
Intermedia, 1993.
[3]Margaret
E.Bell Gredler, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta,
Universitas Terbuka, 1988), h. 200.
[4]Bookrags,
Biography Robert Milis Gagne, (online), terdapat pada http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
[5] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan
Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol.
XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[7] Bambang
Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya
Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 69.
Terdapat pada http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
[8] Arief S.
Sadiman, et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan
Pemanfaatannya, cet. 4 ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h.23.
[11] Mulyono
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2 (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2009), h.32.
[13] Toeti
Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional (Jakarta:
Intermedia, 1993), h. 83.
[14] Jhon. W
Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 310.
[25]Ibid
[32]Jhon.
W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
[33]Harjanto,
Perencanaan Pengajaran, h. 157.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar